Senin, 17 Januari 2011

PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS DI RUANG KEBIDANAN RSU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan barometer pelayanan kesehatan ibu di suatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan kesehatan ibu belum baik. Sebaliknya bila AKI rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik. Dengan besar kematian sekitar 585.000 setiap tahunnya maka berarti kematian ibu terjadi hampir setiap menit di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara sedang berkembang termasuk Indonesia (Manuaba, 2002: 18).
Saat ini angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia adalah 334/100.000 kelahiran hidup dan 21,8/1000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, maka AKI di Indonesia adalah 15 kali AKI di Malaysia, 10 kali lebih tinggi daripada Thailand, atau 5 kali lebih tinggi daripada Filipina. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat (Saifuddin, 2002 : 4).
Asuhan masa nifas diperlukan karena periode ini merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Pelayanan kesehatan primer diperkirakan dapat menurunkan AKI sampai 20%, namun dengan sistem rujukan yang efektif AKI dapat ditekan sampai 80%. Menurut United Nations Children Emergency Fund (UNICEF), 80% kematian ibu dan perinatal terjadi di rumah sakit rujukan (Saifuddin, 2001 : 3).
Suatu tindakan obstetrik seperti seksio sesarea atau pengeluaran plasenta secara manual, dapat meningkatkan resiko seorang ibu terkena infeksi. Resiko tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Distribusi Infeksi Bakterial Pada Pasien Obstetrik.

No. JENIS INFEKSI INSIDENS
1. Chorioamnionitis 0,5 – 1%
2. Postpartum Endometritis :
- Seksio Sesarea
- Persalinan Pervaginam 0,5 – 85%
< 10%
3. Infeksi Saluran Kemih 1 – 4%
4. Pyelonephritis 1 – 4%
5. Sepsis Post Aborsi 1 – 2%
6. Nekrosis Post Operatif < 1%
7. Toxic Shock Syndrome < 1%
Sumber data : Critical Care Obstetric, 2001.

Dari tabel 1 tersebut, dapat diketahui bahwa resiko terjadinya infeksi nifas pada persalinan pervaginam relatif kecil (kurang dari 10%). World Health Organization (WHO) melalui upaya Safe Motherhood menganjurkan agar setiap kehamilan, persalinan, dan nifas dianggap beresiko. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90 % komplikasi obstetri tidak dapat diramalkan sebelumnya (Saifuddin, 2001 : 6).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di RSU ............... tanggal 17 Oktober 2003 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 2. Distribusi Ibu Nifas di Ruang Kebidanan RSU ............... Periode Januari – September 2003.
No. JENIS JUMLAH PERSEN
1. Nifas normal 205 37,9
2. Nifas dengan penyulit 336 62,1
a. Nifas Post Seksio Sesarea 58 10,7
b. Nifas Post Ketuban Pecah Dini 44 8,1
c. Nifas Post Ante Partum
Hemorhagi 42 7,8
d. Nifas Post Pre Eklamsi 40 7,4
e. Nifas Post Partum Hemorhagi 40 7,4
f. Nifas Post Ekstraksi Vakum 34 6,3
g. Nifas Post Letak
Sungsang/Letak Lintang 33 6,1
h. Nifas Post Date 20 3,7
i. Nifas dengan Retensio Plasenta 13 2,4
j. Nifas Post Eklamsi 12 2,2
JUMLAH 541 100
Sumber data : Laporan Bulanan Ruang Kebidanan RSU ............... Januari - September 2003.

Berdasarkan data pada tabel 2 tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah ibu nifas dengan penyulit di Ruang Kebidanan RSU ............... periode Januari – September 2003 cukup tinggi, yaitu 336 orang (62,1 %) dimana keadaan ini memberikan dampak yang signifikan terhadap resiko terjadinya infeksi nifas.

Adapun data kematian ibu di Ruang Kebidanan ............... selama tahun 2007 adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi Kematian Ibu di Ruang Kebidanan ............... Periode Januari – Juni 2007.
No JENIS JUMLAH PERSEN
1 Kehamilan :
a. Dekompensasi cordis.
b. Mola Hidatidosa
1
1
14,3
14,3
2 Persalinan :
Eklampsia
1
14,3
3 Nifas :
a. Sepsis
b. Dekompensasi cordis
c. Eklamsi post partum
2
1
1
28,5
14,3
14,3
JUMLAH 7 100
Sumber data : Laporan Bulanan Ruang Kebidanan ............... Januari – Juni 2007.

Berdasarkan data yang diperoleh dari studi pendahuluan pada tabel 3 tersebut, dapat diketahui bahwa selama bulan Januari – Juni tahun 2007 di Ruang Kebidanan ............... terdapat kematian ibu nifas karena sepsis sejumlah 2 orang (28,5 %). Selain itu, pencegahan infeksi yang dilakukan di Ruang Kebidanan ............... yang meliputi : prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai, dan pengelolaan sampah medik belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan Pedoman Pencegahan Infeksi.
Dengan adanya berbagai fakta yang diperoleh dari studi pendahuluan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas di Ruang Kebidanan ...............”.


B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada Latar Belakang Masalah, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : bagaimanakah penatalaksanaan pencegahan infeksi nifas di Ruang Kebidanan RSU ............... ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan pencegahan infeksi nifas di Ruang Kebidanan RSU ................

2. Tujuan Khusus

a. Diperolehnya gambaran tentang prosedur cuci tangan oleh petugas.
b. Diperolehnya gambaran tentang pemakaian sarung tangan oleh petugas.
c. Diperolehnya gambaran tentang pengelolaan cairan antiseptik oleh petugas.
d. Diperolehnya gambaran tentang pemrosesan alat bekas pakai oleh petugas.
e. Diperolehnya gambaran tentang pengelolaan sampah medik oleh petugas.


D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Untuk Rumah Sakit
a. Sebagai masukan tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi nifas di Ruang Kebidanan RSU ................
b. Untuk menerapkan prosedur pencegahan infeksi nifas di Ruang Kebidanan RSU ................

2. Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswi selama mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di ............... sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan institusi pendidikan.

3. Untuk Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang pencegahan infeksi, khususnya infeksi nifas dan merupakan persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan pada Diploma III Kebidanan di ................

E. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi nifas di Ruang Kebidanan RSU ............... adalah :

1. Subyek Penelitian :
Petugas paramedis di Ruang Kebidanan RSU ................
2. Obyek Penelitian :
Penatalaksanaan pencegahan infeksi nifas di Ruang Kebidanan RSU ................
3. Lokasi Penelitian :
Ruang Kebidanan RSU ................
4. Waktu Penelitian :
17 Mei – 16 Juni 2004

0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls