Selasa, 18 Januari 2011

DAFTAR JUDUL

1. Pengetahuan Mahasiswa TIngkat II Tentang Partograf di Prodi ..... Tahun .....
2. Pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik pada balita usia 3-5 tahun di posyandu ... wilayah kerja puskesmas ....
3. Gambaran penatalaksanaan perawatan bayi prematur oleh tenaga kesehatan di ruang anak RSU .... tahun ....
4. Pengetahuan ibu balita tentang status gizi pada balita di kelurahan .... tahun ....
5. Faktor-faktor rendahnya penggunaan implant di kelurahan .... kecamatan ... tahun ....
6. Pengetahuan primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu di klinik .... tahun ......
7. Gambaran sikap dan tindakan akseptor KB dalam mengatasi efek samping alat kontrasepsi suntikan (injectables) di BPS ..... tahun ....
8. Perilaku remaja putri dalam menangani keputihan di sekolah menengah umum negeri .... tahun ....
9. Gambaran perilaku ibu menyusui tentang pemberian ASI pada satu hari pertama di RB ..... tahun ....
10. Pengetahuan dukun terlatih tentang tiga bersih dalam pertolongan persalinan di desa ... tahun .....
11. Pengetahuan ibu menyusi tentang alat kontrasepsi selama laktasi di kelurahan ... tahun ....
12. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya mastitis pada ibu postpartum di BPS .... pada bulan Januari - Mei tahun ......
13. Karakteristik ibu hamil dengan anamia di puskesmas .... tahun ....
14. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak teraturnya siklus menstruasi pada mahasiswa tingkat ....... program studi kebidanan ..... tahun ....
15. Gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi pada periode post natal di Rumah sakit ibu dan anak ..... tahun .....
16. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana (KB) di desa .....
17. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan ib hamil di puskesmas ..... tahun ....
18. Penatalaksanaan pijat bayi oleh dukun pijat bayi pada bayi usia 3-7 bulan di desa ..... tahun ....
19. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pre menstrual syndrom (PMS) pada wanita usia 25-35 tahun di kampung ..... tahun ....
20. Karakteristik ibu dengan perdarahan post partum di ruang kebidanan .... tahun .....
21. Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping depo medroxyprogesterone asetat (DMPA) di RB .....
22. Hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja puskesmas .... tahun ....
23. Faktor-faktor rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil yang ke empat (K4) di wilayah kerja puskesmas .... tahun ....
24. Gambaran faktor-faktor penyebab terjadinya ketuban pecah dini di ruang kebidanan RSUD ..... tahun ....
25. Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di RSUD ..... tahun ....
26. Gambaran aktivitas seksual wanita menopause di desa ....... tahun ......
27. Gambaran penatalaksanaan manajemen aktif kala III oleh bidan di ruang bersalin RSUD ..... tahun ....
28. Faktor-faktor penyebab gangguan pemberian ASI pada ibu di desa ..... tahun ....
29. Gambaran penatalaksanaan pre-operasi seksio sesarea di ruang bersalin rumah sakit umum daerah ...... tahun .....
30. Gambaran pasangan usia subur yang tidak mengikuti keluarga berencana di kelurahan ..... tahun ...
31. Pengetahuan bidan tentang penanggulangan nyeri persalinan non farmakologis di wilayah kerja puskesmas ...... tahun ...
32. Pengetahuan dan sikap siswa kelas 1 SMP tentang pubertas di SMP .... tahun ...
33. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di desa .....
34. Karakteristik kejang demam pada anak di rumah sakit umum ...... tahun ....
35. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA oleh bidandi puskesmas ..... tahun ....
36. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas .... tahun ....
37. Pengetahuan dan sikap bidan dalam penatalaksanaan manajemen rujukan pada ibu bersalin dengan kelainan obstetri di wilayah puskesmas ...... tahun ...
38. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor IUD di desa ..... tahun ....
39. Gambaran penatalaksanaan pemberian ASI pada ibu seksio sesaria di RSU ..... tahun ....
40. Gambaran peran serta kader dalam kegiatan posyandu di kampung ..... wilayah kerja puskesmas ... tahun ....
41. Pengetahuan ibu menyusui tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Desa ..... tahun ...
42. Gambaran pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara di SMA ...... tahun ...
43. Faktor penyebab rendahnya pengetahuan remaja awal tentang pendidikan seks di SMP ..... tahun ...
44. Gambaran pengetahuan klimakterium tentang menopause di dusun ..... desa....kec.... tahun ....
45. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan neonatal di BPS .... tahun ...
46. Gambaran karakteristik ibu hamil dengan pre eklampsi dan eklampsi di ruang kebidanan RSUD ... tahun ...
47. Faktor-faktor rendahnya kunjungan balita di posyandu .... desa....
48. Gambaran puskesmas mampu pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED) di Puskesmas .....
49. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan di wilayah kerja puskesmas .... tahun ...
50. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang perdarahan antepartum di RSUD .... tahun .....
51. Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang teknik prenatal breastcare, postnatal breastcare dan teknik menyusi di RB .... tahun ....
52. Kecemasan terhadap perubahan fisik wanita usia 45-55 tahun dalam menghadapi menopause di ..... tahun ....
53. Karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum di wilayah kerja puskesmas.... tahun .....
54. Faktor-faktor penyebab petugas kesehatan tidak melakukan pemeriksaan PAP SMEAR di puskesmas .... tahun ...
55. Gambaran pengetahuan pasangan infertil tentang infertilitas di desa ....
56. Tinjauan penatalaksanaan penyakit infeksi saluran pernafasan akut non pnemonia pada balita usia 2 bulan - 5 tahun di puskesmas ..... tahun ...
57. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya akseptor KB kondom di puskesmas .... tahun ...
58. Pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B di posyandu kampung ... wilayah kerja puskesmas .... tahun ...
59. Tinjauan penatalaksanaan kejang demam di ruang anak Rumah Sakit Umum .... tahun ...
60. Gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang papsmear di puskesmas .... tahun ...
61. Gambaran mobilisasi dini pada ibu post partum dengan tindakan operasi seksio sesarea terhadap pengeluaran lochea dan percepatan penyembuhan luka operasi di RSU .... tahun ...
62. Tinjauan efek samping alat kontrasepsi pada akseptor KB PIL di ....
63. Pengetahuan pasangan usia subur tentang kontrasepsi vasektomi di .... tahun .....
64. Pengetahuan ibu tentang pengganti air susu ibu di wilayah kerja puskesmas .... tahun ...
65. Pengetahuan dan sikap petugas pelaksana penanganan penderita NAPZA tentang penatalaksanaan NAPZA di panti rehabilitasi ..... tahun ....
66. Determinan pemberian konsumsi buah segar pada balita di posyandu ....
67. Kecemasan pasangan suami istri dengan infertil primer di rumah bersalin ....
68. Penatalaksanaan pencegahan infeksi nifas di ruang kebidanan RSU .... tahun ...
69. Pengetahuan dan sikap akseptor KB pil tentang efek samping pil oral kombinasi (POK) di kelurahan ..... tahun ....
70. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memilih alat kontrasepsi sunti depoprovera di desa .... tahun ...
71. Gambaran persyaratan minimal fasilitas pelayanan AKDR diwilayah kerja puskesmas .....
72. Karakteristik efek samping alat kontrasepsi sunti di desa ... tahun ....
73. Pengetahuan ibu tentang abortus incompletus di ruang kebidanan rumah sakit umum ... tahun ...
74. TInjauan pemberian air susu ibu (ASI) kolostrum pada ibu post sectio caesarea di ruang kebidanan RSU ....... tahun ....
75. Gambaran pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III di RSUD .... tahun .....
76. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakuptan akseptor baru keluarga berencana alat kontrasepsi dalam rahim di puskesmas ...
77. Pengetahuan dan sikap dukun terlatih dalam menolong persalinan di wilayah puskesmas ....
78. Pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan di BPS .... tahun ...
79. Faktor-faktor alasan ibu mengganti kontrasepsi PIL dengan kontrasepsi suntik di puskesmas ..... tahun ....
80. Gambaran faktor penyebab akseptor tidak melanjutkan penggunaan kontrasepsi IUD di RB ..... tahun ...
81. Pengetahuan ibu bersalin tentang rawat gabung di ruang kebidanan rumah sakit umum ..... tahun ...
82. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui dalam memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini di Desa ... tahun ....
83. Karakteristik kanker serviks di ruang kebidanan RSUD .....
84. Tinjauan penyebab dilakukannya curettage di rumah sakit umum .... tahun ...
85. Pengetahuan tentang ISPA pada ibu yang memiliki balita sakit ISPA yang berobat ke puskesmas ....
86. Tinjauan pelaksanaan kegiatan pondok sayan gibu (PSI) di desa ....
87. Pengetahuan dan keterampilan bidan tentang manajemen aktif kala III di wilayah puskesmas ........
88. Determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan di wilayah kerja puskesmas ........
89. Pengetahuan wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause di kelurahan ......
90. Pengetahuan pasangan usia subur tentang kontrasepsi vasektomi di lingkungan ....
91. Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche di SMP ..... tahun ...
92. Determinan ibu tidak menimbangkan balitanya di posyandu .....
93. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di kelurahan ..... tahun .....
94. Pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 - 12 bulan di kelurahan .....
95. Pengetahuan dan sikap ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini di rumah bersalin .... tahun ...
96. Studi tentang motivasi mahasiswi memilih profesi bidan di program studi kebidanan ...... tahun .......
97. Karakteristik ibu yang menyapih bayi di bawha usia 1 tahun di wilayah kerja puskesmas ..... tahun ....
98. Pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMU ....
99. Pengetahuan primigravida tentang anemia pad akehamilan di puskesmas .......
100. Sikap ibu hamil terhadap pelayanan antenatal di puskesmas ...... tahun
101. Pelaksanaan resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia oleh tenaga kesehatan di rumah bersalin ..........
102. Pengetahuan ibu primipara tentang masa nifas di rumah bersalin ...... tahun ..
103. Pengetahuan dan sikap siswa SMU tentang seksualitas pada remaja di SMU ...........
104. Gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu usia 45 - 55 tahun tentang menopause di desa ... tahun ....
105. Pengetahuan dan sikap remaja awal tentang perubahan fisiologis pada masa pubertas di SLTPN ...
106. Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di ruang kebidanan rumah sakit umum ....
107. Pengetahuan siswa kelas II sekolah menengah pertama negeri .... mengenai bahaya merokok tahun ....
108. Pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap tanda-tanda bahaya kehamilan di puskesmas ... tahun ...
109. Pengetahuan dan sikap masyarakat usia 15 - 39 tahun mengenai mitos, diskriminasi dan stigmasi tehradap HIV/ AIDS di .......... tahun ......
110. Pengetahuan remaja tentang aborsi pada siswi kelas II SMA .... tahun ....
111. Pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penatalaksanaannya pada remaja putri kelas II di ................tahun.....
112. Karakteristik akseptor KB alat kontrasepsi dalam rahim di wilayah kerja puskesmas .....
113. Gambaran ibu hamil dengan kekurangan energi kronis di wilayah kerja puskesmas .....
114. Pengetahuan ibu hamil tentang HIS palsu di BPS .....tahun ....
115. Gambaran PEngetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas ...... tahun .....
116. Gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di .....
117. Gambaran kadar hemoglobin ibu hamil di puskesmas ...... tahun ....
118. Penatalaksanaan manajemen aktif kala III oleh bidan di puskesmas ...
119. Pengetahuan dan sikap ibu balita tentang pemberian kapsul vitamin A di puskesmas .... tahun ...
120. Pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya seks bebas di SMA .... tahun ...
121. Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang dampak kehamilan remaja di SMA .... tahun ...
122. Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang perkembangan organ seks sekunder pada masa pubertas di sekolah menengah pertama ..... tahun .....
123. Determinan tidak dilakukannya deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh remaja putri kelas II di MAN .... tahun ....
124. Pengetahuan ibu primigravida tentang tehnik mengejan yang benar saat persalinan di BPS ..... tahun .....
125. Karakteristik keluarga dengan balita berat badan di bawah garis merah (BGM) di desa...... tahun ....
126. Tinjauan penatalaksanaan gizi buruk pada balita oleh tenaga kesehatan di puskesmas ..... tahun .....
127. Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi di bawah umur 6 bulan di desa ..... tahun ...
128. Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menstruasi pada siswi kelas II SMP .....
129. Pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi hepatitis B1 segera setelah lahir di rumah bersalin .... tahun .....
130. Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas ....
131. Karakteristik suami dengan ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas ..... tahun ....
132. Alasan ibu melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun di posyandu .....
133. Gambaran teknik menyusui minggu pertama pada ibu primipara di BPS ..... tahun ....
134. Pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan pemeriksaan kehamilan di BPS .....tahun .....
135. Pemantauan perkembangan balita di posyandu .....wilayah kerja puskesmas .....
136. Gambaran pertumbuhan balita di posyandu desa ..... tahun ....
137. Faktor-faktor penyebab ibu hamil tidak melakukan senam hamil di BPS .....tahun ....
138. Pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis di Madrasah ALiyah NEgeri ..... tahun .....
139. Determinan ibu hamil tidak melakukan imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap di wilayah kerja puskesmas ......
140. Keterampiloan pelaksanaan komunikasi terapeutik mahasiswi tingkat II program studi kebidanan...... di lahan praktek tahun .....
141. Pengetahuan ibu post partum tentang pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di BPS ..... tahun ....
142. Pengetahuan ibu mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) di puskesmas ......
143. Gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis di desa .... tahun ...
144. Hubungan kejadian pneumonia pada balita dengan status pemberian vitamin A di poliklinik anak ...... tahun ...
145. Gambaran pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun tidak terlatih di wilayah puskesmas pembantu .......
146. Gambaran penatalaksanaan 6 jam pertama bayi baru lahir normal oleh bidan di ruang kebidanan RSUD .....
147. Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia di SMA .....
148. PEngetahuan usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut di posyandu lansia desa ....
149. Tinjauan pelaksanaan pencegahan infeksi pada asuhan persalinan normal oleh bidan di ruang kebidanan RSUD ..... tahun 2008
150. Gambaran pola makan ibu hamil di BPS ......
151. Gambaran pengetahuan ibu tentang keluarga sadar gizi (KADARZI) di posyandu .....
152. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu tidak menimbang balitanya di posyandu ......
153. Gambaran perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga di kelurahan ...... tahun ....
154. Gambaran pelaksanaan teknik menyusui pada ibu menyusui di posyandu .....
155. Gambaran faktor-faktor wanita pasangan usia subur tidak menggunakan kontrasepsi tubektomi di kelurahan ......
156. Gambaran kadar hemoglobin (Hb) pada akseptor intra uterine devices (IUD) di kelurahan .....
157. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore pada mahasiswa program studi kebidanan ......
158. Karakteristik neonatus dengan asfiksia di ruang anak RSUD ....... tahun .....
159. Gambaran faktor-faktor penyebab wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan PAP Smear di wilayah kerja puskesmas ....
160. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS .....
161. Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan kehamilan lewat waktu di rumah bersalin.... tahun ....
162. Gambaran kadar hemoglobin (Hb) pada akseptor intra uterine devices (IUD) di kelurahan ......
163. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tuberkulosis paru pada anak di poli anak RSUD ......
164. Hubungan antara paritas dan usia ibu dengan plasenta previa di RSUD .... tahun .....
165. Faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan di kelurahan ......
166. Gambaran kemampuan motorik kasar pada anak di bawah tiga tahun (BATITA) di posyandu .....
167. TInjauan pelaksanaan imunisasi campak di posyandu kelurahan ....
168. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pneumonia pada balita di puskesmas ........
169. Gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah di rumah bersalin .....
170. Hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita di kelurahan .....
171. Hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita
172. Karakteristik perilaku hubungan seks pra nikah pada remaja wanita di desa .....
173. Hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat ekonomi keluarga kader dengan peran serta kader posyandu di kampung ..... tahun .....
174. Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang tablet tambah darah (Fe) dalam mencegah anemia kehamilan di BPS .....
175. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di desa ..... tahun .....
176. Pengetahuan dan sikap pekerja seks komersial tentang HIV/AIDS di eks lokalisasi ......
177. Hubungan faktor lingkungan, tempat tinggal, teman sebaya dan orang tua dengan penyalahgunaan narkotika psikotropika zat aditif lainnya (NAPZA) pada remaja di SMA ....
178. Gambaran proses penyembuhan luka ibu post seksio sesarea di RKB RSU ..... tahun ....
179. TInjauan penatalaksanaan perawatan tali pusat pada neonatus di rumah sakit umum .... tahun ....
180. Faktor penyebab tidak tercapainya target cakupan persalinan oleh bidan di desa .....
181. Pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak di puskesmas ......
182. Gambaran penatalaksanaan kala IV persalinan normal oleh bidan praktek swasta di wilayah puskesmas ....
183. Pengetahuan dan sikap ibu tentang pemantauan status gizi pada anak balita di kelurahan ..... tahun ....
184. Karakteristik akseptor kontrasepsi MOW di desa ..... tahun ....
185. Pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam di puskesmas ....
186. Gambaran faktor penyebab rendahnya peran serta ibu balita di posyandu ..... tahun ....
187. Gambaran penatalaksanaan perdarahan post partum di rumah bersalin .... tahun....
188. Gambaran penatalaksanaan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas .... tahun .....
189. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentnag gizi seimbang pada masa kehamilan di puskesmas ..... tahun.....
190. Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) di wilayah kerja puskesmas ........ tahun ....
191. Gambaran efek samping KB suntik depo progestin di puskesmas pembantu .... tahun ....
192. Pelaksanaan rawat gabung di rumah bersalin handayani .... tahun ....
193. Gambaran pengetahuan siswa SMPN ..... tentang perilaku hidup bersih dan sehat tahun .....

Senin, 17 Januari 2011

SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk memelihara kesehatan ibu hamil perlu dilakukan pemeriksaan antenatal yang teratur. Pemeriksaan antenatal merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuannya yaitu untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat. Selain itu juga untuk mempersiapkan fisik dan mental ibu sehingga keadaan post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental.
Untuk melakukan pemeliharaan dan pengawasan wanita hamil secara baik maka diperlukan suatu pelayanan antenatal yang berkualitas atau sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatalcare (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang ditentukan. (Depkes RI, 1992 : 1).
Suatu pelayanan yang berkualitas dapat dilihat diantaranya dari cakupan akses pelayanan antenatal kunjungan pertama (K1) dan cakupan pelayanan antenatal kunjungan keempat (K4) selain itu juga dapat dilihat dari bagaimana pelayanannya, sarana yang digunakan, petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal.
Menurut pedoman pelayanan antenatal di katakan bahwa pelayanan antenatal yang baik adalah bila target yang ditentukan di tingkat Nasional dapat dicapai yaitu : cakupan K1 minimal 80% cakupan K4 minimal 70 % yang diharapkan dapat mendukung pencapaian cakupan pertolongan persaliann oleh tenaga kesehatan sebesar 50 %. Target cakupan Pelayanan kebidanan dasar untuk KI 100%, untuk K4 90% dan untuk persalinan tenaga kesehatan 80% (Laporan evaluasi program seksi kesehatan keluarga Lampung Timur, 2003).
Dari hasil Pra survey ditemukan bahwa pelayanan antenatal di Puskesmas ............... telah dilaksanakan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi tahunan (2003) yaitu cakupan pelayanan (K1) sebanyak : 99,4%, cakupan pelayanan (K4) sebanyak : 95,3%, persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 95,6 %. Jika dilihat dari target yang ditentukan, maka pelayanan antenatal di Puskesmas ............... sudah mencapai target, berarti pelayanan yang ditentukan sudah baik. Namun dari hasil wawancara dengan ibu hamil pada Pra survey bulan Desember 2003 dari 120 ibu hamil ada 30 yang mengeluh kurang puas dengan pelayanan antenatal yang diberikan. Ada yang mengeluh pada saat memeriksa kehamilan menunggu lama, ada bebarapa ibu hamil yang tidak mengetahui hasil dari pemeriksaan kehamilannya, yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang memberikan pelayanan.
Kepuasan pemakai pelayanan ini dapat dilihat dari pelayanannya, sarana yang digunakan dan petugas yang memberikan pelayanan. Atas dasar itulah penulis mengangkat masalah tentang : “Sikap Ibu Hamil terhadap Pelayanan Antenatal di Puskesmas ............... tahun 2004”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sikap ibu hamil terhadap pelayanan antenatal di Puskesmas ...............?

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subyek penelitian : Ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada bulan Mei 2004
2. Obyek penelitian : Sikap ibu hamil terhadap pelayanan antenatal, sarana pelayanan antenatal dan petugas yang memberikan pelayanan antenatal
3. Lokasi Penelitian : Puskesmas ................
4. Waktu Penelitian : 18 – 21 Mei 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sikap ibu hamil terhadap Pelayanan antenatal di Puskesmas ................

2. Tujuan Khusus
a. Diketahui sikap ibu hamil terhadap Pelayanan antenatal di Puskesmas ................
b. Diketahui sikap ibu hamil terhadap sarana pelayanan antenatal di Puskesmas ................
c. Diketahui sikap ibu hamil terhadap petugas kesehatan yang memberikan Pelayanan antenatal di Puskesmas ................

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu Hamil
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan (antenatal).

2. Bagi Instansi Puskesmas
Sebagai bahan pembinaan bagi staf puskesmas dan peningkatan mutu pelayanan serta manfaat sarana yang ada untuk mempertahankan pelayanan yang sudah baik.

3. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian ditempat lain yang berkaitan dengan penelitian antenatal.

4. Bagi Peneliti
Menambah dan memperluas wawasan serta meningkatkan Pengetahuan Penelitian khususnya tentang pelayanan antenatal.

PENGETAHUAN PRIMIGRAVIDA TENTANG ANEMIA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup (Manuaba, 1998). Penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Adapun salah satu upaya tersebut terwujud dalam bentuk Safe Motherhood atau disebut juga upaya penyelamatan ibu dan bayi (Sarwono, 2000).
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan, banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satu diantaranya yang di pandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat (Public Health Services) adalah merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, yang utamanya adalah pelayanan pencegahan (Preventif), peningkatan kesehatan (Promotif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) dengan sasaran masyarakat.
Upaya kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan mutu dan kemudahan pelayanan kesehatan yang makin terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat khususnya pada kelompok rentan yaitu calon pengantin, bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu menyusui.
Anemia di Indonesia terutama pada ibu hamil relatif masih tinggi, terbukti dengan di dapatkannya 63,5% ibu hamil menderita kekurangan zat besi. Upaya penanggulangannyapun sudah cukup gencar dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti, kejadian anemia tersebut masih cukup tinggi, dimungkinkan karena sebagian besar ibu belum menyadari pentingnya pencegahan anemia serta bahaya yang akan ditimbulkan. Salah satu penangannya adalah perlu melakukan analisis cermat perubahan perilaku melakukan analisis cermat yaitu penilaian bentuk berupa pengetahuan di masyarakat terutama calon pengantin atau calon ibu (Nugraheni, Aruben, Purnami, 1999).
Seorang wanita dinyatakan anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 11 g/100 ml. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pada perubahan-perubahan dalma darah dan sum-sum tulang. Darah bertambah banyak dalam kehamilan, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibanding dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita (Prawiroharjo, 1992).
Dengan adanya masalah kesehatan, seorang ibu yang akan menjalani proses kehamilan besar kemungkinan akan mengalami anemia tanpa di sadarinya, bidan sebagai pendamping sepanjang siklus kehidupan wanita sejak periode prenatal, bayi, balita, remaja, dewasa dini, kehamilan, persalinanan, nifas dan menopause haruslah tanggap dalam setiap perubahan yang dihadapi untuk dapat mengantar wanita menuju dalam proses kehamilan yang sehat.
Pada studi pendahuluan di Puskesmas ............... penulis mendapatkan data ibu hamil yang beresiko ada 150 orang, yaitu umur ibu lebih dari 35 tahun ada 60 orang (40%), dengan multiparitas 40 orang (26,6%), abortus habitualis 4 orang (2,6%), anemia ada 25 orang (16,6%), hipertensi ada 6 orang (4%), primitua 4 orang (2,6%), lingkar lengan atas kurang dari 23,5 ada 11 orang (7,3%). Ibu hamil di wilayah Puskesmas ............... belum pernah ada yang mengikuti penyuluhan tentang kesehatan khususnya tentang anemia.
Dari uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan primi gravida tentang anemia di Puskesmas ................

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah penelitian : “Bagaimanakah pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan di Puskesmas ...............?”


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan di Puskesmas ................

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi tenaga kesehatan di Puskesmas ............... sebagai sumbangan penelitian dan masukan serta sebagai bantuan dalam memberikan materi penyuluhan pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan.
2. Bagi penulis
Untuk mengetahui dengan jelas mengenai pengetahuan primi gravida tentang anemia pada masa kehamilan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah didapat, khususnya pada mata kuliah kebidanan dan metode penelitian.
3. Bagi primi gravida
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang anemia di Puskesmas ................
4. Bagi pengembang ilmu
Sebagia sumber referensi, sumber bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan.

E. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Seluruh primi gravida yang berada di wilayah kerja Puskesmas ................
3. Objek penelitian : Pengetahuan primi gravida tentang anemia pada kehamilan di Puskesmas ................
4. Lokasi Penelitian : Di wilayah kerja Puskesmas ................
5. Waktu Penelitian : Setelah proposal disetujui.

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMU NEGERI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat menghadapi kenyataan bahwa kehamilan remaja makin meningkat dan menjadi masalah, makin derasnya arus informasi yang dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja, dan pada akhirnya mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah dan memberikan dampak pada terjadinya penyakit hubungan seks dan kehamilan di luar perkawinan (Manuaba, 1998).
Suatu survei yang dilakukan pada beberapa negara maju menunjukkan bahwa Amerika Serikat mempunyai angka kehamilan remaja (usia 15 – 19 tahun) sebesar 95/1000, Perancis 44/1000 dengan aborsi 27/1000, Swedia 35/1000 dengan aborsi 15/1000, dan negeri Belanda 15/1000 dengan aborsi 10/1000. angka yang relatif tinggi di Amerika Serikat tersebut menurut Alice Radosh, koordinator pelayanan kehamilan dan pengasuhan anak di kantor Balai Kota New York, disebabkan karena tingkah laku seksual dilakukan dalam masyarakat dengan bebas (Time Cit Sarwono, 1997).
Di Negara yang masih berkembang, aktifitas seksual di kalangan remaja jauh lebih tinggi dari di pedesaan, sebab pengetahuan tentang seks tidak ada sama sekali. Penelitian lain yang menghubungkan perilaku seksual dengan kadar informasi remaja tentang seks dilakukan di Hongkong. Penelitian ini dilakukan terhadap 3917 pelajar dan mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka memperoleh pengetahuan tentang seks dari surat kabar, majalah atau ceramah-ceramah tentang seks. Hanya 11% yang menyatakan bahwa mereka bertanya kepada orang tuanya, dan inipun hampir tidak ada informasi yang diperoleh (FPA Of Hongkong Cit Sarwono, 1997).
Dalam Kongres Nasional IV perkumpulan ahli Dermatovenerologi (Penyakit kulit dan kelamin) Indonesia, Juni 1983 di Semarang menyebutkan bahwa sebagian besar penyakit kelamin kelas berbahaya asal impor telah melanda remaja umur 16 – 25 tahun baik di kota maupun di pedesaan. (Sinar Harapan Cit Sarwono, 1997). Di kalangan remaja telah terjadi revolusi dalam hubungan seksual menuju ke arah liberalisasi tanpa batas. Kebanggaan terhadap kemampuan untuk mempertahankan kegadisan sampai pada pelaminan telah sirna, oleh karena kedua belah pihak saling menerima kedudukan baru dalam seni pergaulan hidupnya. Informasi yang cepat dalam berbagai bentuk telah menyebabkan dunia samakin menjadi milik remaja. Informasi tentang kebudayaan hubungan seksual telah mempengaruhi kaum remaja Indonesia, sehingga telah terjadi suatu revolusi yang menjurus makin bebasnya hubungan seksual pranikah. (Manuaba, 1998).
Penelitian di negara berkembang melaporkan bahwa 20% sampai 60% kehamilan dan persalinan di bawah usia 20 tahun adalah kehamilan dini dan tidak diinginkan. Pernyataan menteri negara pemberdayaan perempuan bahwa 6 dari 10 wanita yang belum menikah sudah tidak virgin kenyataan ini diperburuk lagi dengan temuan BKKBN bahwa diperkirakan sebesar 750.000 sampai 1.000.000 aborsi ilegal di Indonesia pertahun. Di propinsi Lampung remaja berjumlah 22,6% dari seluruh penduduk dan 9,31% masih mengikuti pendidikan di SMU dan SMK. 17 dari dari 1.375 remaja yang diperiksa secara acak mengalami penyakit menular seksual (PMS). Koran Radar Lampung tanggal 19 Oktober 2001 menampilkan hasil survey terhadap 100 remaja SLTP dan SLTA sebagai berikut : 15 % remaja pernah melakukan hubungan seksual dan 34% pernah melakukan ciuman sampai dengan petting. (Supriatiningsih, 2003). Hasil prasurvey tanggal 30 April 2 Mei 2004 di SMU Negeri ............... belum pernah ada materi tentang pendidikan seksual sedangkan lebih dari separuh (58%) remaja SMU Negeri ............... sudah berpacaran.
Kelompok usia remaja (10-15 tahun) merupakan kelompok berpotensi untuk menggagalkan program KB yang sudah tercapai dengan relatif baik. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan-perubahan mendasar dalam sikap dan perilaku seksual dan reproduksi di kalangan remaja. Perubahan-perubahan ini diakibatkan oleh meningkatnya jumlah remaja dan dorongan seks remaja yang reproduksi, tetapi justru lebih banyak dipengaruhi oleh nilai budaya permissive menyebarkan nilai casual sex atau easy sex melalui berbagai media cetak dan audiovisual. Perubahan-perubahan sikap dan perilaku seksual remaja ini pada gilirannya mengakibatkan meningkatnya masalah seksual seperti perilaku seks bebas atau kehamilan yang tidak dikehendaki. (PKBI Pusat, 1998).

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah pengetahuan dan sikap remaja SMU Negeri ............... tentang seks pranikah ?

C. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat luasnya masalah dilihat dari berbagai aspek maka penulis ingin membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Obyek penelitian : Pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pra nikah
2. Subyek penelitian : Murid SMUN ...............
3. Lokasi Penelitian : SMUN ...............
4. Waktu Penelitian : Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2004.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan dan sikap remaja SMUN ............... tentang seks pranikah.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan remaja SMU Negeri ............... tentang seks pra nikah.
b. Untuk memperoleh gambaran tentang sikap remaja SMU Negeri ............... tentang seks pranikah.

E. Manfaat Penelitian
1. Untuk penulis
Dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam bidang seks pranikah.


2. Untuk institusi Pendidikan Program Study Kebidanan Metro
Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.

3. Untuk institusi pendidikan SMU Negeri ...............
Diharapkan akan memberi manfaat sebagai bahan masukan untuk dapat merencanakan kegiatan pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan memasukkan materi pendidikan Seksual dalam konteks intra kurikuler atau ekstra kurikuler.

4. Untuk para remaja
Khususnya remaja SMUN ............... diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan remaja tentang dampak seks pranikah.

KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH BAYI DI BAWAH USIA 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Penyapihan dini adalah pemberhentian pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi sebelum usia 1 tahun. (Depkes RI, 1992). ASI tidak perlu diragukan lagi karena ASI merupakan makanan bayi yang paling baik dan ASI juga bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi untuk lebih optimal (Soetjiningsih, 1998). Akan tetapi ada kalanya oleh suatu sebab misalnya ibu yang bekerja, harus menambah atau mengganti ASI dengan makanan tambahan bahkan harus dilakukan penyapihan dini.
Penyapihan dini dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi, misalnya Kurang Energi Protein (KEP). KEP dapat terjadi karena para ibu yang setelah melahirkan, bekerja sehingga harus meninggalkan bayi dari pagi sampai sore. Dengan demikian bayi tersebut tidak mendapat ASI yang merupakan nutrisi pokok di samping pemberian Pengganti Air Susu Ibu (PASI) atau makanan tambahan tidak diberikan sebagaimana mestinya (Pudjiadi, 1997). Saat pemberian ASI juga memberikan rasa kasih sayang yang dapat dirasakan oleh bayi melalui hangatnya pelukan ibu dan menimbulkan rasa aman (Soetijiningsih, 1998).
Di Indonesia, gerakan nasional Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PPASI) yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia kedua pada acara puncak peringatan Hari Ibu ke 62 tanggal 22 Desember 1990. Pencanangan tersebut menunjukkan dukungan pemerintah dalam Peningkatan Pemanfaatan Air Susu Ibu (PPASI) (Soetjiningsih, 1998).
ASI merupakan makanan ideal untuk bayi, secara psikologis maupun biologis. ASI memberikan keuntungan bagi keluarga maupun bagi bayi dan balita. ASI mengandung zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan dan melindungi bayi terhadap infeksi terutama infeksi pencernaan (Pudjiadi, 1997).
Pada usia sampai dengan 6 bulan kebutuhan bayi dapat dipenuhi oleh ASI. Setelah itu kebutuhan bayi semakin bertambah dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan produksi ASI menurun. Karena itu bayi memerlukan makanan tambahan (PASI) ini dilihat dari pemenuhan kebutuhan fisik. Namun demikian saat menyusui dapat dibentuk pemenuhan kebutuhan psikologis, sehingga menyusui dapat diteruskan minimal 1 tahun, karena bayi 1 tahun dalam fase oral, dimana bayi akan kebutuhan rasa aman sangat dominan (Moehji, 1992).
Ada beberapa hal yang mempengaruhi pemberian ASI berlangsung kurang dari 1 tahun diantaranya tingkat pendidikan ibu, ibu harus bekerja dan dukungan keluarga. Tidak terpenuhinya nutrisi akan berpengaruh pada bayi dan balita sehingga timbul gizi kurang/buruk. Hal ini dapat dilihat dari SUSENAS 1998 dijumpai prevalensi KEP pada balita berjumlah 19,6%. Di Lampung prevalensi gizi buruk/kurang dari 28,3% pada tahun 1999 menjadi 5,1% pada tahun 2002 (Profil Lampung, 2002).
Berdasarkan data pra survey di wilayah kerja Puskesmas ............... khususnya Kampung ............... masih ada bayi yang disapih kurang dari 1 tahun yaitu 30 bayi (15,8%) dari 190 ibu yang masih menyusui. Berdasarkan masalah tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik ibu yang menyapih bayi di bawah usia 1 tahun di wilayah kerja Puskesmas ............... tahun 2003.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penulis merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah karakteristik ibu yang menyapih bayi di bawah usia 1 tahun di wilayah kerja Puskesmas ............... ?”

1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian : Deskriptif
Subyek Penelitian : Karakteristik ibu yang menyapih bayi di bawah usia 1 tahun di Kampung ............... Kecamatan ............... Kabupaten Lampung Tengah.
Obyek Penelitian : Ibu yang mempunyai bayi di bawah usia 1 tahun di wilayah kerja Puskesmas ................
Lokasi Penelitian : Wilayah kerja Puskesmas ...............
Waktu penelitian : 17 – 24 Mei 2004

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik ibu yang menyapih bayi di bawah usia 1 tahun di wilayah kerja Puskesmas ............... Kecamatan ............... tahun 2003.

1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya karateristik tingkat pendidikan ibu sebagai penyebab ibu menyapih di bawah usia 1 tahun.
1.4.2.2 Diketahuinya karakteristik faktor ibu bekerja sebagai penyebab ibu menyapih bayinya di bawah usia 1 tahun.
1.4.2.3 Diketahuinya karakteristik faktor dukungan keluarga sebagai penyebab ibu menyapih bayinya di bawah usia 1 tahun.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pengelolaan manfaat ASI.

1.5.2 Bagi ibu dan keluarga.
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi ibu yang mempunyai bayi yang ada di wilayah kerja Puskesmas ............... pada umumnya sehingga ibu menyusui sampai usia 1 tahun dan dapat dilakukan penyapihan dengan baik.

STUDI TENTANG MOTIVASI MAHASISWI MEMILIH PROFESI BIDAN DI PROGRAM STUDI KEBIDANAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampai saat ini bisa dikatakan bahwa bidanmerupakan salah satu profesi primadona, khususnya di bidang kesehatan. Hal ini dapat dilihat dimana profesi ini telah mendudukkan peran dan posisi seorang bidan menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya dalam upaya memberikan pelayanan pada ibu hamil, bersalin, ibu nifas dan juga bayi/anak (IBI. 2001).
Sebagai konsekwensi dari perkembangan tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu terhadap pelayanan kebidanan. Perubahan-perubahan yang cepat di masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta persainan ketat di era globalisasi, diperlukan tenaga kesehatan khususnya bidan yang berkualitas, baik pengetahuan, sikap dan keterampilan profesionalisme (IBI., 2001).
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga bidan profesional perkembangan pendidikan kebidanan sebaiknya dipandang secara kesinambungan, berjenjang dan berkelanjutan sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang mengabdi di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu jalur, pendidikan formal kebidanan telah dimulai dengan berdirinya pendidikan Diploma III Kebidanan baik milik pemerintah, swasta, Pemda, dari jalur informal juga dicantumkan melalui pelatihan-pelatihan (Depkes., RI., 1997).
Program Studi Kebidanan ............... adalah salah satu lembaga pendidikan milik departemen kesehatan yang menyelenggarakan Program Diploma III Kebidanan dijalur formal yang berada di Kota ............... yang mempunyai tugas utama menghasilkan tenaga-tenaga bidan profesional ditingkat ahli madya (Depkes., RI., 2004).
Dari data perkembangan pendidikan diketahui bahwa peminat untuk mengikuti pendidikan kebidanan setiap tahunnya cenderung meningkat, sedang daya tampung sangat terbatas. Hal ini tentu memberikan gambaran kepada kita bahwa ada peningkatan motivasi terhadap profesi bidan (Depkes. RI., 2004).
Motivasi adalah dorongan individu atau seseorang untuk berbuat/ mengerjakan sesuatu dengan tujuan memenuhi kebutuhannya (Mc. Mahon, 1982). Motivasi merupakan faktor pendorong manusia untuk bertingkah laku di dalam mencapai kebutuhan atau sesuatu yang dicita-citakan (Sunarto, 1995). Pendapat ini diperkuat oleh Rogers dan Erikson, yang menyatakan bahwa perilaku manusia disebabkan oleh dorongan-dorongan atau motivasi (Notoatmodjo, S. 1993).
Hasil prastudi yang dilakukan di Perpustakaan Pendidikan Kebidanan ............... belum pernah dilakukan penelitian mengenai motivasi mahasiswi kebidanan memilih profesi bidan di Program Studi kebidanan ................
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis tertarik untuk mengetahui tentang motivasi mahasiswi kebidanan memilih profesi di Program Studi kebidanan ................


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana gambaran motivasi mahasiswi memilih profesi bidan di Program Studi Kebidanan ...............”.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang motivasi mahasiswi memilih profesi di Program Studi Kebidanan ................

D. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Mahasiswi Tingkat I Program Studi Kebidanan ............... Tahun AJAran 2003/2004.
3. Objek Penelitian : Motivasi Mahasiswi Memilih Profesi Bidan
4. Lokasi Penelitian : Program Studi Kebidanan ...............
5. Waktu Penelitian : 12 Mei sampai dengan 10 Juni 2004.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan ……….
Penelitian ini diharapkan tidak hanya untuk bahan bacaan tentang motivasi mahasiswi memilih profesi di Pendidikan Kebidanan ………, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan khususnya dalam penerimaan mahasiswa baru pada tahun ajaran yang akan datang. Dan memberikan masukan kepada dosen khususnya kepada pembimbing akademik.

2. Bagi peneliti
Peneliti ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam penulisan karya ilmiah sebagai penerapan ilmu yang didapat dengan proses pembelajaran secara nyata membuat suatu karya tulis ilmiah.

3. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat membuka wawasan pada mahasiswi lain yang akan meneliti mengenai motivasi mahasiswi menjadi bidan profesional dengan variabel-variabel penelitian yang lebih kompleks.

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU POST SEKSIO SESAREA TENTANG MOBILISASI DINI DI RUMAH BERSALIN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Proses kehamilan, persalinan dan nifas tidak senantiasa berlangsung secara fisiologis, dapat pula secara patologis, oleh karena itu pengawasan yang teliti dan terus menerus selama berlangsungnya ketiga proses itu harus dilakukan dengan seksama (Sarwono, 1994 : 795).
Mortalitas dan morbiditas maternal serta perinatal secara khas akan lebih tinggi pada persalinan seksio sesarea daripada persalinan pervaginam dan hal ini sebagian disebabkan oleh komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea dan sebagian lagi oleh peningkatan resiko yang berhubungan dengan persalinan perabdominan. Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari tindakan anestesi, keadaan sepsis yang berat, dan serangan trombo emboli (Cunningham, 1995 : 514).
Mobilisasi merupakan hal yang penting dalam periode pascabedah (Saifuddin, 2002 : U35). Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam, dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal (Saifuddin, 2002 : U45). Mobilisasi bukanlah satu-satunya faktor yang penting dalam perawatan pascabedah namun ada beberapa komplikasi pascabedah yang dapat dikurangi dan dicegah dengan melakukan mobilisasi.
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan penderita. Secara psikologis hal ini memberikan pula kepercayaan pada penderita bahwa penderita mulai sembuh. Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli. Sebaliknya, bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Juga mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan (Mochtar, 1998 : 157). Mobilisasi (duduk dan jalan) yang cepat adalah untuk mengurangi komplikasi pascabedah, terutama atelektasis dan pneumonia hipostatis (Oswari, 1989 :30).
Berdasarkan data yang terdapat pada Dinas Kesehatan Tingkat II Lampung Tengah diperoleh data ibu bersalin pada periode Januari - Desember 2003 di bawah ini :

Tabel 1. Distribusi Ibu Bersalin di Dinas Kesehatan Tingkat II Lampung Tengah.

No Jenis Persalinan Jumlah Persentase
1.
2.
3. Persalinan normal
Persalinan patologis
Seksio sesarea 18.915
221
142 98,12
1,14
0,74
Jumlah 320 100
Sumber data : Profil Kesehatan Tingkat II Lampung Tengah, 2004.


Data di atas dapat dilihat bahwa persalinan yang diakhiri dengan seksio sesarea dibandingkan dari persalinan patologis ada 64,25%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Rumah Bersalin ............... ............... didapatkan data sebagi berikut :


Tabel 2. Distribusi Ibu Bersalin di Rumah Bersalin ............... ............... Periode Januari – Desember 2003

No Jenis Persalinan Jumlah Persentase
1.
2.
3. Persalinan normal
Persalinan patologis
Seksio sesarea 195
80
45 60,94
25
14,06
Jumlah 320 100
Sumber data : Buku Register Persalinan Rumah Bersalin ............... ............... Tahun 2003.


Analisa dari data di atas didapatkan bahwa dari 320 persalinan (100%) terdapat 195 persalinan normal (60,94%), 80 persalinan patologis (25%) dan 45 persalinan dengan seksio sesarea (14,06%) dengan indikasi partus macet 17 orang (37,78%), Cepalo Pelvic Disease 6 orang (13,33%), Placenta Previa 10 orang (22,22%), Solutio Placenta 3 orang (6,67%), Rupture Uteri 1 orang (2,22%), Gemeli 2 orang (4,44%), letak lintang 3 orang (6,67%) dan Serotinus 3 orang (6,67%). 45 ibu post seksio sesarea tersebut dengan anestesi spinal 100% baru melakukan mobilisasi dini (miring ke kanan dan ke kiri) setelah 24 jam pascabedah.
Berdasarkan uraian dan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang diperoleh penulis di atas maka penulis sebagai peneliti sekaligus sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ada di Rumah Bersalin ............... tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini di Rumah Bersalin ............... ................

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana pengetahuan dan sikap ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini di Rumah Bersalin ............... ...............?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat luasnya masalah dilihat dari berbagai aspek maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian
Penelitian bersifat penelitian deskriptif.
2. Obyek Penelitian
Pengetahuan dan sikap ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini di Rumah Bersalin ............... ................
3. Subyek Penelitian
Ibu post seksio sesarea di Rumah Bersalin ............... ................
4. Lokasi Penelitian
Rumah Bersalin ............... ................
5. Waktu Penelitian
24 Mei – 24 Juni 2004


D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh gambaran tentang pengetahuan dan sikap ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini.
b. Untuk mengetahui sikap ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu
Menambah dan meningkatkan pengetahuan ibu tentang mobilisasi dini dan menambah kesadaran ibu tentang pentingnya melakukan mobilisasi dini.
2. Bagi Rumah Bersalin ...............
a. Sebagai masukan tentang perawatan pada ibu post seksio sesarea.
b. Untuk mengevaluasi kinerja petugas dalam memberikan asuhan kebidanan.
c. Agar petugas dapat menganjurkan dan mengajarkan pada ibu post seksio sesarea untuk melakukan mobilisasi secara dini.
3. Bagi Institusi
Sebagai bahan kajian terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswi selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di Politeknik Kesehatan …..….. sekaligus sebagai bahan bacaan di perpustakaan institusi pendidikan.
4. Bagi penulis
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan pada ibu post seksio sesarea dan merupakan persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan pada Diploma III Kebidanan di ………...

PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI PADA BAYI USIA 0 – 12 BULAN DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang tua selalu menginginkan agar anak mereka menjadi lebih cerdas, gembira dan pandai menyesuaikan emosi dan fisiknya. Sayangnya tak semua orang tahu bagaimana caranya memberikan pengetahuan sejak dini kepada anak-anaknya. (Djatmiko, 2004). Kebanyakan orang tua memiliki mitos bahwa bayi hanya makan, tidur dan mengompol, tidak dapat melihat dengan baik, tidak dapat mendengar sama sekali dan pada dasarnya tidak tahu apa yang terjadi di sekitarnya sebelum umur 3 bulan. (Ludington, 1985)
Bayi memerlukan cinta ibu tanpa syarat dan memerlukan pengasuhan baik secara lahiriah maupun kejiwaan. Salah satu perwujudannya adalah ”kasih sayang” yang dapat dinyatakan dengan ciuman, sentuhan tangan, sikap ibu pada saat menyusui melalui pelukan hangat memberikan perasaan yang aman pada bayi.
Tertuang pada pokok-pokok pikiran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 1991 bahwa ibu merupakan penentu bagi pola asuhan bayi/anak termasuk dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI). Bukan hanya Ibu, ayahpun perlu terlibat dan menjalin kelekatan dengan bayi sehingga mampu menumbuhkan cara pandang terhadap dirinya sendiri yang positif (self esteem), kompetensi, rasa percaya diri sebagai bekal hidupnya kelak.
Bayi memiliki kebutuhan biologis untuk “belajar”. Metode pengajaran yang tepat bagi janin maupun bayi, yakni merangsangnya agar gemar membaca. (Djatmiko, 2004). Hal ini merupakan suatu stimulasi. Menurut Kobayashi (dalam Sodjatmiko, 2002) bahwa “Stimulasi yang diberikan secara dini, terarah dan lama, maka semakin besar dan lama manfaatnya dalam hal kecerdasan, kemampuan berbahasa dan kecerdasan emosional.
Bayi yang diberi stimulasi menunjukkan respon yang positif. Antusiasme dan dedikasi mereka menghasilkan pembentukan Assosiasi Edukasi Stimulasi Janin (Infant Stimulation Education Association). Bayi-bayi tersebut lebih sering tersenyum, lebih pandai menjangkau benda, bisa mengoceh lebih cepat, berat badan bertambah lebih cepat dan keingintahuannya lebih besar. (Ludington, 1985). Hal ini terjadi karena tahun pertama kehidupan merupakan “Masa/tahun-tahun keemasan dan dengan demikian sudah selayaknya dimanfaatkan secara maksimal, ia memberikan peluang untuk optimalisasi tumbuh kembang serta memberi peluang untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi sebelumnya.” (Sularyo, 1996)
Tenaga kesehatan/orang tua pada tahun pertama kehidupan anaknya seringkali hanya memfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja, sedangkan kurang diberikan pada perkembangan motorik halus yang merupakan indikator kemampuan intelektual anak. (Soetjiningsih, 1998). Jika saja orang tua memahami dan menggunakan stimulasi bayi, tujuan-tujuan untuk mendapatkan bayi cerdas tidak hanya mungkin, tetapi juga dapat diraih. Pemberian stimulasi yang terarah dan terus menerus dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang sesuai dengan tumbuh kembang anak akan sangat bermanfaat.
Setiap anak mempunyai hak-hak menurut Islam, yaitu : (Samil, 1999)
1. Hak untuk hidup.
2. Hak mendapat nama baik.
3. Hak mendapat penyusuan dan pengasuhan
4. Hak mendapat kasih sayang.
5. Hak mendapat perlindungan dan nafkah dalam keluarga.
6. Hak mendapat pendidikan dalam keluarga
7. Hak mendapat kebutuhan pokok sebagai warga negara.
Pemeliharaan orang tua yang memadai merupakan hal yang menunjang bagi peningkatan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi. Tetapi pemeliharaan yang kurang memadai dapat mengakibatkan gagal tumbuh (failure to thrive), anak merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan dan keterlambatan perkembangan. (Soetjiningsih, 1998). Menurut Van Den Boomm, 1995 (dalam Monks, 1999) bahwa pada umumnya anak yang mengalami kesulitan hubungan ibu-anak agak mudah marah dan sensitif
Pengetahuan orang tua, khususnya ibu dalam menstimulasi/merangsang perkembangan anak dengan dasar “Pendekatan kasih sayang” sangat dibutuhkan dan perlu ditingkatkan. Langkah ini untuk meraih anak yang cerdas dan bila memang ditemukan adanya penyimpangan maka dapat segera dilakukan intervensi agar tidak berlanjut dan anak dapat mencapai potensial perkembangannya secara optimal.
Hasil prasurvey bulan Maret 2004 yang didapatkan penulis di Kecamatan ..............., bahwa jumlah anak balita sebagai berikut :

Tabel 1. Data Jumlah Anak Balita (0-4 th) Tahun 2003 di Kec. ................
No Desa/ Kelurahan Usia 0-4 tahun
1
2
3
4
5 ...............
...............
Yosorejo
Tejosari
Tejoagung 353
502
418
161
280
Jumlah 1714
Sumber : Dokumentasi Kecamatan ............... Tahun 2003.
Berdasarkan data di atas ternyata kelurahan ............... mempunyai jumlah anak balita terbanyak, yaitu 502 balita dibandingkan empat kelurahan lainnya.
Kelurahan ............... memiliki 7 Posyandu, dimana dari 502 jumlah balita tersebut diantaranya terdapat 107 bayi berusia 0-12 bulan. Adapun data yang didapatkan sebagai berikut :
Tabel 2. Data Jumlah Bayi (0-12 Bulan) Bulan Maret 2004 di Puskesmas ...............

No Nama Posyandu Jumlah
1
2
3
4
5
6
7 Melati 3B
Melati 1
Melati 4A
Melati 2B
Melati 3A
Melati 2A
Melati 4B 25
17
20
12
11
12
10
Jumlah 107
Sumber : Dokumentasi Puskesmas ............... Bulan Maret 2004.
Pada tiap posyandu di kelurahan tersebut, kegiatan pembinaan keluarga balita (BKB) telah terlaksana, dimana daftar kehadiran bayi dan balita bersifat kontinyu.
Hasil wawancara yang penulis lakukan, bahwa masih banyak ibu yang mempunyai kebiasaan untuk membandingkan kemampuan/keterampilan anaknya dengan kemampuan/keterampilan anak lain baik yang sebaya maupun tidak. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang stimulasi yang tepat kepada anaknya masih kurang.
Mengantisipasi hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi 0 – 12 bulan di Kelurahan ................

B. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Bagaimana pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 - 12 bulan di Kelurahan ................”

C. Ruang Lingkup penelitian
Jenis : Penelitian Deskriptif
Subjek : Ibu yang mempunyai bayi usia 0 -12 bulan.
Objek : Pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi.
Lokasi : Kelurahan ................
Waktu : 8 Mei - 01 Juni 2004

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 –12 bulan di Kelurahan ................

2. Tujuan Khusus
a. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia 0 - 3 bulan di Kelurahan ...............
b. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  3 -  6 bulan di Kelurahan ...............
c. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  6 -  9 bulan di Kelurahan ...............
d. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  9 - 12 bulan di Kelurahan ................

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Prodi Kebidanan Metro
Sebagai bahan referensi tentang tumbuh kembang dan stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan bagi petugas puskesmas untuk penyuluhan tentang tumbuh kembang dan stimulasi bayi usia 0 – 12 bulan.
3. Bagi Kader Posyandu
Dapat menambah pengetahuan/masukan tentang stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan.
4. Bagi Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia 0-12 Bulan
Dapat menambah pengetahuan pentingnya stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan di Kelurahan ................

GAMBARAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi yang utama di Indonesia adalah kurang kalori protein (KKP), kekurangan vitamin A yang dapat mengakibatkan xeropthalmia (sakit mata karena kekurangan vitamin A) misalnya rabun senja dan kebutaan. Disamping itu masalah kekurangan vitamin A merupakan masalah terpenting kedua yang perlu diatasi, karena hal ini melanda penderita yang luas jangkauan, terutama anak-anak balita. (Winarno, 1995)
Hasil survei nasional xeropthalmia telah menurun dengan tajam 1,3% pada tahun 1978 menjadi 0,33 pada tahun 1992. Dari prevalensi tersebut masalah kurang vitamin A sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi. Namun demikian di beberapa propinsi masih menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi seperti di Sulawesi Selatan 2,9% maluku 0,8% dan Sulawesi Tenggara 0,6%. (Depkes. RI., 2000)
Masalah kurang vitamin A subklinis dibeberapa propinsi masih cukup memprihatinkan, karena 50% Balita masih mempunyai status vitamin A rendah. Kurang vitamin A akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang berpengaruh pada kelangsungan hidup anak. Penanggulangan masalah kurang vitamin A saat ini bukan hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga dikaitkan dengan upaya memacu pertumbuhan dan kesehatan anak guna menunjang penurunan angka kematian bayi dan berpotensi terhadap peningkatan produktifitas kerja orang dewasa. (Depkes. RI., 2000)
Strategi penanggulangan kurang vitamin A masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, yang diberikan pada bayi (6–11 bulan), balita (1–5 tahun) dan ibu nifas. Berdasarkan laporan tahun 1998/1999, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita masih di bawah 70% (Depkes. RI., 2000).
Situasi tidak tercapainya cakupan program pemberian kapsul vitamin A pada anak balita terjadi di sejumlah puskesmas di Kota Bandar Lampung pada tahun 2003 menunjukkan cakupan program pemberian kapsul vitamin A tidak mencapai terget 80 % (Propil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2003).
Berdasarkan data prasurvey yang dilakukan penulis di salah satu puskesmas di Kota Bandar Lampung yaitu wilayah kerja Puskesmas ............... didapat data tentang jumlah anak balita yang mendapat kapsul vitamin A pada tahun 2003 adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Persentasi Cakupan Program Pemberian Kapsul Vitamin A di Wilayah Kerja Puskesmas ............... Tahun 2003

No Kelurahan Jumlah
Anak Balita Jumlah yang mendapat Vit A Target (%) Realisasi (%)
1
2
3
4
5
6
7 ...............
Tanjung Agung
Sawah lama
Kebon Jeruk
Kedamaian
Campang Raya
Jaga Baya I 942
733
620
712
1141
601
133 627
488
431
483
844
418
97 80
80
80
80
80
80
80 66,5
66,6
69,4
67,6
73,9
69,5
72,3
Jumlah 4882 3388 80 69,4
Sumber Data : Laporan Bulanan Puskesmas ................

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa anak balita yang mendapatkan kapsul vitamin A belum optimal di wilayah kerja Puskesmas ............... tahun 2003 sebanyak 3.388 (69,4%) anak balita dari 4.882 jumlah anak balita yang ada, sedangkan di Kelurahan ............... yang mendapatkan kapsul vitamin A 627 (66,5%) dari 942 anak balita yang ada, sehingga penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul Vitamin A di Kelurahan ............... wilayah kerja Puskesmas ................

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Faktor-faktor apa yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan ............... wilayah kerja Puskesmas ............... ?

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Penelitian bersifat deskriptif
2. Subyek Penelitian : Ibu-ibu yang mempunyai anak balita di Kelurahan ...............
3. Obyek Penelitian : Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan ............... wilayah kerja Puskesmas ...............
4. Lokasi Penelitian : Wilayah kerja Puskesmas ………… yaitu Kelurahan ……
5. Waktu Penelitian : Tanggal 15 Mei s/d 24 Mei 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan ...............
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran faktor informasi yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan ...............
b. Diketahuinya gambaran faktor petugas yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan ...............
c. Diketahuinya gambaran faktor pendidikan yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan ...............
d. Diketahuinya gambaran faktor kebudayaan yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan ...............
e. Diketahuinya gambaran faktor dukungan keluarga yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan ...............

E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan diperoleh beberapa manfaat, diantaranya yaitu :
1. Bagi Puskesmas
Agar dapat meningkatkan keberhasilan program pemberian kapsul vitamin A di wilayah kerjanya.
2. Bagi ibu Balita
Sebagai masukan pada ibu balita agar lebih mengerti pentingnya vitamin A terhadap anak Balita
3. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan tidak tertutup kemungkinan untuk diterapkan dan dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya
4. Bagi penulis
Penelitian ini merupakan media berlatih yang sangat baik untuk menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam melakukan penelitian
5. Bagi Institusi pendidikan
Dapat dijadikan bahan masukan dan pengembangan materi.

DETERMINAN IBU TIDAK MENIMBANGKAN BALITANYA DI POSYANDU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disaat kondisi krisis ekonomi yang melanda negara saat ini, perlu diperhatikan secara khusus masalah pembinaan dan pengembangan anak, sebagai salah satu sasaran utama pembangunan manusia seutuhnya. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan selama ini telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi (AKB) di Indonesia tahun 1999 sebanyak 46 per 1000 kelahiran hidup mengalami penurunan pada tahun 2000 menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKABA) pada tahun 1999 sebanyak 59,55 per 1000 kelahiran hidup mengalami penurunan pada tahun 2000 menjadi 44,7 per 1000 kelahiran hidup (SUSENAS, 2000). Di Provinsi Lampung sendiri AKB tahun 2000 sebanyak 49 per 1000 kelahiran hidup mengalami penurunan pada tahun 2001 menjadi 41 per 1000 kelahiran hidup, AKABA pada tahun 1995 sebanyak 75 per 1000 kelahiran hidup menjadi 43 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2002).
Untuk meningkatkan status kesehatan, pemerintah telah menyelenggarakan pusat pelayanan kesehatan, yang dikenal dengan Puskesmas. Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan primer yang dilengkapi dengan posyandu-posyandu. Hal ini bertujuan agar masyarakat mendapat pelayanan yang mudah dijangkau. Posyandu merupakan tempat kegiatan terpadu program KB-Kesehatan di tingkat desa yang telah dilaksanakan sejak tahun 1984 dan pada saat ini telah tercatat sebanyak 243.783 posyandu dengan jumlah kader aktif sebanyak 1.078.208 orang yang tersebar di 52.000 desa di Indonesia (DepKes RI, 2000).
Data Provinsi Lampung pada tahun 2001, cakupan penimbangan balita yaitu balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) pada bayi mencapai 69,36 %, anak balita 48,14 % , untuk cakupan bayi yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) sudah cukup baik, yaitu pada bayi cakupannya mencapai 92,35 % dan pada anak balita mencapai 73,51 % (Dinkes Provinsi Lampung, 2002).
Kelurahan ............... Barat merupakan bagian dari 22 kelurahan yang berada di Kecamatan Metro Pusat. Di kelurahan ............... Barat terdapat 12 posyandu yang tersebar di 9 lingkungan. Jumlah bidan yang ada 4 orang dan jumlah kader 60 orang, namun berdasarkan survey di lokasi, diperoleh data bahwa cakupan penimbangan balita di Posyandu Melati Kelurahan ............... Barat hanya berkisar (D/S) 30 % atau 28 orang dari 93 orang balita, jumlah ibu yang mempunyai balita yaitu 49 orang dan yang menimbangkan balitanya 18 orang sehingga terdapat 31 ibu yang tidak menimbangkan balitanya ke posyandu. Target penimbangan balita adalah 80 % (Puskesmas Pembantu ..............., 2003).
Untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal perlu ditingkatkan pelayanan kesehatan pada bayi dan balita. Pelayanan yang dimaksud adalah penimbangan balita, pelayanan gizi, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan ringan, penyuluhan kesehatan, serta pemberian vitamin A setiap 6 bulan sekali di posyandu, untuk itu perlu dicari faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat enggan datang ke posyandu, sehingga peneliti ingin mengetahui “Determinan Ibu Tidak Menimbangkan Balitanya di Posyandu Melati Kelurahan ............... ........tahun 2004.”

B. Rumusan Masalah
Dari data yang ada, maka masalah dalam penelitian ini adalah : “Apa Determinan Ibu Tidak Menimbangkan Balitanya di Posyandu Melati Kelurahan ............... ............... ? “

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
a. Sifat Penelitian : Deskriptif
b. Objek Penelitian : Determinan Ibu tidak menimbangkan balitanya di Posyandu Melati Kelurahan ............... ...............
c. Subjek Peneltian : Ibu-ibu yang tidak menimbangkan balitanya di Posyandu Melati Kelurahan ............... ...............
d. Lokasi Penelitian : Posyandu Melati Kelurahan ............... ...............
e. Waktu Penelitian : Setelah Proposal diseminarkan dan disetujui tanggal 14 s.d 31 Mei 2004





D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui determinan ibu tidak menimbangkan balitanya di Posyandu Melati Kelurahan ............... ............... Tahun 2004
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya determinan pendidikan terhadap ibu tidak menimbangkan balitanya di posyandu.
b. Diketahuinya determinan ekonomi terhadap ibu tidak menimbangkan balitanya di posyandu.
c. Diketahuinya determinan pekerjaan terhadap ibu tidak menimbangkan balitanya di posyandu.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam penelitian serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan

2. Bagi Puskesmas ............
Sebagai bahan masukan tentang cakupan penimbangan di posyandu, partisipasi masyarakat terhadap penimbangan dan sebagai bahan masukan bagi puskesmas ............... untuk perencanaan kegiatan di masa mendatang.

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE DI SMP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dilihat dari segi penduduk, Indonesia menempati urutan nomor 5 didunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Lampung pada tahun 2000 di huni oleh 6,654 juta jiwa dengan jumlah remaja usia 10 – 15 tahun sebanyak 652.322 jiwa (Hasil Sensus BPS Lampung, 2000).
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas. Dan dari berbagai ciri pubertas tersebut, menarche merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita. Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan belum mampu mendiri secara ekonomi maupun sosial. Jadi ia belum siap untuk hamil. Yang terbaik adalah remaja putri mempersiapkan diri untuk mandiri, mencapai tingkat pendidikan yang diwajibkan yaitu paling sedikit 9 tahun, memasuki pernikahan yang direstui orang tua dan masyarakat, kemudian merencanakan kehamilan pada usia yang tepat yaitu usia 20 – 30 tahun (Llewellyn – Jones, 1997).
Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10 – 16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 1999).
Pada umumnya remaja putri belajar tentang haid dari ibunya, tapi sayang tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan sebagian enggan membicarakan secara terbuka sampai putrinya mengalami menarche. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa haid itu sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius. Dengan kata lain, dia mengembangkan sikap negatif tentang haid. Ia mungkin merasa malu dan melihatnya sebagai penyakit. Khususnya jika ketika mengalaminya ia merasa letih atau terganggu (Llewellyn – Jones, 1997).
Bila orang tua kurang mengerti dan kurang memperhatikan jiwa remaja maka akan timbul perselisihan paham antara remaja dan orang tua. Sehingga untuk mengatasinya perlu diusahakan pendekatan sebaik – baiknya mengenai remaja (Purwoko, 2002).
Sejak tahun 2000, pemerintah mencanangkan suatu program yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sasarannya adalah siswa SLTP, SLTA dan Remaja Karang Taruna. Pelaksanaan program ini secara lintas sektoral instansi pemerintah dan swasta seperti Pemda, Dinas Kesehatan, BKKBN, Polri dan LSM yang berasal dari masyarakat itu sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan remaja tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual.
Dari hasil prasurvei terdapat 94 remaja putri siswi kelas I di SMP ................ Saat 5 orang siswi di tanya tentang menarche mereka menjawab belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang menarche, dan 3 orang siswi diantaranya menyatakan belum pernah diberi informasi tentang menarche oleh orang tua mereka.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche di SMP ................

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche di SMP ...............?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif.
2. Subyek Penelitian
Remaja putri siswi kelas I SMP ................
3. Obyek Penelitian
Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche.

4. Lokasi penelitian
Di SMP ................
5. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2004.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche di SMP ................

2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran pengetahuan remaja putri tentang menarche di SMP ................
b. Untuk memperoleh gambaran sikap remaja putri tentang menarche di SMP ................

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan …………...
Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan atau referensi.
2. Bagi SMP Negeri ...............
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat memberikan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

PENGETAHUAN WANITA PRA-MENOPAUSE TENTANG GEJALA-GEJALA FISIK MENOPAUSE DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari angka harapan hidup penduduknya. Menurut data hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah perempuan sebanyak 102,8 juta jiwa. Usia harapan hidup untuk perempuan rata-rata 66 tahun dan laki-laki 62 tahun (Hendita, 2002).
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental, sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit/kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan reproduksi fungsi serta prosesnya (WHO, 1992). Kesehatan reproduksi bukan hanya membahas masalah kehamilan atau kemandulan tetapi mencakup seluruh siklus kehidupan perempuan yang salah satunya adalah menopause.
Menopause merupakan transisi fisik alamiah yang dialami oleh setiap wanita saat dia bertambah umur. Sering diterjemahkan secara bebas sebagai berhentinya menstruasi terakhir dalam hidup seorang wanita. Beberapa wanita mengalami menopause sebagai transisi yang mulus dengan sedikit ketidaknyamanan fisik, dimana beberapa wanita yang lain mengalami banyak gejala-gejala yang tidak nyaman seperti rasa panas, keringat tengah malam, perdarahan berat tidak teratur, pengeroposan tulang dan pengeringan vagina (Satumed.com, 2004).
Sebanyak 80 % wanita mengalami menopause dengan reaksi negatif. Wanita mengalami gejala yang lebih buruk lagi bila mereka tengah berada dibawah stress emosi yang sangat kuat atau mempunyai kebiasaan makan tertentu yang melibatkan kafein dalam jumlah besar, gula atau konsumsi alkohol, kira-kira 40% wanita tersebut gejalanya menjadi sangat besar sehingga mereka mencari pertolongan medis (Satumed.com, 2004).
Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid merupakan masalah normal yang sadar atau tidak sadar akan dilalui oleh wanita dalam kehidupannya. Memasuki usia dekade 40-an dianggap bagi wanita sebagai akhir dari segalanya karena menjadi tua seringkali amat traumatis bagi kebanyakan wanita. Mereka merasa rendah diri karena merasa tidak cantik lagi dan rasa takut kehilangan suami. Beberapa wanita merasa takut akan datangnya menopause karena akan membuat mereka merasa tidak menarik, kesepian, tak berguna dan tak berdaya. Mereka juga berduka karena tidak subur dan muda lagi (Rachman, 2000).
Karena menopause merupakan masalah normal sedangkan penerimaannya berbeda-beda maka alangkah baiknya apabila gejala-gejala menopause diketahui secara jelas oleh setiap wanita sebelum mereka memasuki masa menopause. Dengan memahami gejala-gejala tersebut diharapkan wanita tersebut dapat mengerti apa yang sedang terjadi didalam diri mereka (Kuntjoro, 2002).
Berdasarkan studi pendahuluan di Kelurahan ............... terdapat jumlah wanita berdasarkan golongan umur 46 – 50 tahun yaitu 317 orang. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan pada wanita pra-menopause tersebut ternyata masih ada sebagian wanita pra-menopause (12 orang) yang belum mengerti tentang gejala-gejala fisik menopause.
Oleh sebab itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause di Kelurahan ................
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah pengetahuan wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause di Kelurahan ...............”.

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis memberi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian Deskriptif
2. Objek Penelitian
Pengetahuan wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause.
3. Subjek Penelitian
Seluruh wanita pra-menopause di Kelurahan ................
4. Lokasi Penelitian
Kelurahan ................
5. Waktu Penelitian
Setelah ujian proposal bulan Mei 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pengetahuan wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause.
2. Tujuan khusus penelitian ini yaitu :
a. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang ketidakteraturan siklus haid
b. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang rasa panas (hot flash)
c. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang kekeringan liang senggama (vagina)
d. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang perubahan kulit
e. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang pengeroposan tulang (osteoporosis)
f. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang sembelit (obstipasi)
g. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang perubahan saluran kencing
h. Diketahuinya pengetahuan wanita pra-menopause tentang perubahan payudara

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk Wanita Pra-Menopause
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman secara benar tentang gejala-gejala fisik menopause, sehingga membantu ibu mempersiapkan diri dalam memasuki masa menopause.

2. Untuk Petugas Kelurahan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penyuluhan kepada wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause.
3. Untuk Institusi
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswi selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di Politeknik Kesehatan …………….. sekaligus sebagai bahan bacaan di perpustakaan institusi pendidikan

4. Untuk Peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman dalam penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah didapat selama kuliah khususnya materi kesehatan reproduksi wanita dan metodologi penelitian.

DETERMINAN PEMANFAATAN TENAGA BIDAN DESA DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI), dan angka harapan hidup merupakan indikator yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Diantara negara – negara ASEAN dan Jepang pada tahun 1999, Kamboja merupakan negara dengan AKB tertinggi yaitu 104 per 1000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Indonesia merupakan peringkat ke 4 yaitu 46 per 1000 KH (Depkes RI, 2000). Menurut laporan UNICEF pada periode 1990 – 1998 Indonesia, Bangladesh dan India merupakan negara – negara dengan AKI yang cukup tinggi, yaitu masing – masing 450, 450 dan 410 per 100.000 KH (Depkes RI, 2000). Menurut Saifuddin (2002) sampai dengan saat ini angka kematian Maternal dan Neonatal di Indonesia adalah 334 per 100.000 KH dan 21,8 per 1.000 KH, sedangkan AKB tahun 2000 menurut Depkes RI (2002) sebesar 44 per 1.000 KH.
Tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang berlangsung normal, 30,7 % persalinan disertai dengan komplikasi, dimana bila tidak ditangani dengan cepat dan baik dapat meningkatkan kematian ibu (Depkes RI, 2000). Yang menjadi penyebab kematian ibu di negara berkembang yang berhubungan dengan kehamilan adalah : 1) perdarahan 40 – 60 %, 2), Toksemia Gravidarum 20 – 30 % dan 3) Infeksi 20 – 30 % (Hartanto, 2002).

Menurut Hartanto (2002) problem – problem di negara berkembang adalah :
1. Sebagian besar ibu – ibu melahirkan dirumah.
2. Kurang dari 50 % kelahiran ditolong oleh petugas kesehatan yang terlatih.
3. Sejumlah substansial kematian ibu terjadi pada tingkat masyarakat.
4. Fasilitas kesehatan di daerah pedesaan terisolasi karena kurangnya infrastruktur dan komunikasi.
5. Keterbatasan jumlah dokter dan penyebaran yang tidak merata dari sumber – sumber kesehatan terutama di daerah pedesaan.
Kejadian tingginya angka kematian dan orientasi masyarakat menuju pertolongan dukun disebabkan 2 hal penting yaitu kemiskinan dan kurangnya pengetahuan khususnya dalam bidang reproduksi wanita (Manuaba, 1998). Dominannya pertolongan pada dukun beranak terutama didaerah pedesaan sekitar 65 – 75 % (Manuaba, 1998). Hal inilah yang menyebabkan tingginya AKI dan AKB di negara – negara yang sedang berkembang.
Pada tahun 1990 WHO meluncurkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) oleh badan – badan Internasional seperti UNFPA, UNICEF, dan World Bank. Pada dasarnya MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat disetiap negara untuk :
a. Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan Nasional dan Internasional.
b. Menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
c. Mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah disusun.
d. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga berencana, aborsi legal, baik publik maupun swasta.
e. Meingkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan maternal dan neonatal serta pengembalian fertilitas pada tingkat keluarga dan lingkungannya.
f. Memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (Saifuddin, 2001)
Didalam rencana strategi nasional MPS di Indonesia 2001 – 2010 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah “kehamilan dan persalinan di Indoneisa berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat” (Saifuddin, 2002). Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 KH dan angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000 KH (Saifuddin, 2002). Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat (Saifuddin, 2002).
Sembilan puluh persen kematian ibu terjadi di saat sekitar persalinan dan kira – kira 95 % penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar : 1) setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan dan 2) pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu hamil. Salah satu upaya terobosan yang cukup mencolok untuk mencapai keadaan tersebut adalah pendidikan sejumlah 54.120 bidan yang ditempatkan di desa selama 1989/1990 sampai 1996/1997 (Saifuddin, 2001).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2002, jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 1999 adalah 116.317 (69,14%), sedangkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas ............... tahun 2003 sampai dengan bulan Desember 2003 adalah seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pertolongan Persalinan Dari Bulan Januari – Desember 2003
No. Bulan Pertolongan Persalinan
Nakes Bidan Desa Dukun
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12. Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember 2
1
1
2
0
3
5
1
5
6
7
3 18
32
22
27
24
29
17
26
13
15
15
11 9
10
8
10
3
16
11
6
28
10
20
21
Jumlah 36 249 152
Persentase 7,14 % 49,40 % 30,16 %
Sumber : PWS KIA Puskesmas ...............

Berdasarkan pra survei yang penulis lakukan, wilayah kerja puskesmas ............... terdiri dari 18 desa dengan jumlah penduduk ± 20.245 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas ...............masih termasuk daerah terpencil, jauh dari pusat kota dan tempat rujukan. Tingkat ekonomi masyarakat masih menengah kebawah dimana sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani. Tingkat daya beli tehadap produk jasa pelayanan bidan masih rendah. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui gambaran mengenai determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas ................

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di latar belakang penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Apa yang menjadi determinan terhadap pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas ...............?“.

C. Ruang Lingkup
Pada penelitian ini penulis ingin melihat gambaran mengenai determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan. Metode yang digunakan adalah Deskriptif, yaitu dengan menjelaskan determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan. Subjek penelitian adalah ibu –ibu yang baru bersalin di bidan desa di wilayah kerja Puskesmas ............... yang bersalin dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2003, dan yang menjadi objek penelitian adalah determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan dengan variabel penelitian tingkat pendidikan, tingkat ekonomi (pendapatan) dan jarak ke tempat bidan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2003 sampai dengan bulan Maret 2004.


D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran mengenai determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Diketahuinya peranan faktor pendidikan terhadap pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.
b. Diketahuinya peranan faktor ekonomi terhadap pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.
c. Diketahuinya peranan faktor jarak ke tempat bidan terhadap Pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Puskesmas/bidan desa di Puskesmas ................
Sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas/bidan desa agar dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan cakupan persalinan oleh bidan desa.

2. Manfaat bagi penulis
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah, serta mengamalkan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan
3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan.
Sebagai sumber bacaan perpustakaan di institusi pendidikan

4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya.
Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang sejenis selanjutnya.

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN BIDAN TENTANG MANAJEMEN AKTIF KALA III

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tolak ukur keberhasilan dari kemampuan pelayanan kesehatan satu negara diukur dengan angka kematian ibu. Indonesia termasuk negara dengan angka kematian ibu yang cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN, yaitu sekitar 390 per 100.000 kelahiran hidup. AKI bervariasi diberbagai daerah dengan rentangan 330-700/100.000 kelairan hidup. Persalinan di Indonesia diperkirakan 5.000.000 pertahun, AKI 18.000 – 20.000 pertahun atau 53-55 perhari atau setiap 25-30 menit sekali (Manuaba, 2001).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 60-70% masih menduduki urutan pertama, disusul dengan pre eklampsia dan eklampsia 10-20%, infeksi 10-20% termasuk partus terlantar, lainnya emboli air ketuban dan anestesi. Dalam hal ini pemerintah telah mencanangkan upaya agar dapat mencapai penurunan AKI 225 per 100.000 persalinan pada akhir Pelita VI (Manuaba, 2001). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tingkat I Lampung (2001) AKI di Lampung sebesar 1.056 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Propinsi Lampung yaitu perdarahan 43,24% (Profil Dinas Kesehatan Tingkat I, 2002).
Perdarahan pasca persalinan sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan perdarahan antepartum. Sebagian besar kematian ibu yang terjadi saat pertolongan pertama, sehingga masih mempunyai peluang yang besar untuk dapat melakukan pertolongan yang adekuat untuk menurunkannya. Waktu yang paling kritis untuk terjadinya perdarahan adalah ketika pelepasan plasenta dan segera setelah itu. Hal ini disebabkan karena terputusnya pembuluh darah tempat berimplantasinya plasenta. Salah satu langkah mempercepat kelahiran plasenta dan dapat mencegah atau mengurangi perdarahan post partum adalah manajemen aktif kala III persalinan, dimana tindakan tersebut meliputi pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir, penegangan tali pusat terkendali, dan pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir (Saifuddin, 2001).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Kota Metro Desember 2002 – November 2003 ditemukan angka kejadian kematian ibu sebanyak 96 per seratus ribu kelahiran atau 3 dari 3.212 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota Metro, 2002). Dari hasil prasurvey bulan Desember 2003 di wilayah Puskesmas ..............., ditemukan 5 dari 9 bidan belum melaksanakan manajemen aktif kala III secara baik dan benar. Keadaan ini menggambarkan bahwa pengetahuan dan keterampilan tentang manajemen aktif kala III masih kurang.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti gambaran pengetahuan dan keterampilan bidan tentang manajemen aktif kala III di wilayah Puskesmas ................

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah pengetahuan dan keterampilan bidan tentang manajemen aktif kala III di wilayah Puskesmas ............... ?”
C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Pengetahuan dan keterampilan bidan tentang manajemen aktif kala III.
3. Subjek Penelitian : Semua bidan di wilayah Puskesmas ............... Kecamatan Metro Selatan.
4. Tempat Penelitian : BPS di wilayah Puskesmas ................
5. Waktu Penelitian : 17 Mei 2004 – 30 Mei 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran pengetahuan dan keterampilan bidan tentang manajemen aktif kala III di Wilayah Puskesmas ................

2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III.
b. Diperolehnya keterampilan bidan tentang manajemen aktif kala III.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi tempat penelitian (Puskesmas ...............)
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Puskesmas ............... sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan tentang manajemen aktif kala III.
2. Manfaat bagi bidan yang ada di wilayah Puskesmas ................
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan.

3. Manfaat bagi Institusi Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan manajemen aktif kala III.

4. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai penerapan dari perkuliahan metode penelitian yang didapat di Politeknik Kesehatan Program Studi Kebidanan …………...

TINJAUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PONDOK SAYANG IBU (PSI) DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) suatu negara. Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang, menurut laporan UNICEF di negara miskin sekitar 25% - 50% kematian wanita usia subur disebabkan karena komplikasi kehamilan, kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama kematian ibu karena tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang berlangsung normal, hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90 % kematian ibu disebabkan komplikasi obstetri. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani dengan memadai. AKI di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB sebesar 21,8 per 1.000 KH (Saifuddin, 2002). Sedangkan AKI di Lampung juga masih tinggi selama tahun 2001 yaitu jumlah kematian maternal 111 dari 134.596 KH (83/100.000 KH), dan jumlah kematian bayi yaitu 4/1000 KH, (Dinas Kesehatan Propinsi ………….. , 2001).

Indonesia menempatkan penurunan AKI sebagai program prioritas mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi di saat sekitar persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri, maka kebijaksanaan Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar : 1) setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan dan pelayanan obstetri sedekat mungkin pada ibu hamil. Memperhatikan AKI dan AKB dapat dikemukakan bahwa : 1) sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama, 2) pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga menyulitkan kehamilan dengan resti tidak atau terlambat diketahui, 3) masih banyak di jumpai ibu dengan jarak kehamilan pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil, 4) jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi, dan 5) pendidikan masyarakat yang rendah cenderung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional (Manuaba, 1998).
Untuk menjawab permasalahan tersebut perlu diupayakan program yang memiliki daya ungkit besar dan dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada di masyarakat itu sendiri. Untuk itu digalakkan Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang dirintis oleh Kantor Menteri Pemberdayaan Wanita pada tahun 1996. Ruang lingkup GSI meliputi advokasi dan mobilisasi sosial. Dalam pelaksanaannya GSI mempromosikan kegiatan yang berkaitan dengan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Kecamatan Sayang Ibu, untuk mencegah 3 keterlambatan yaitu: 1) keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan membuat keputusan untuk segera mencari pertolongan, 2) keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan, dan 3) keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapat pertolongan yang dibutuhkan. Kegiatan yang terkait dengan Kecamatan Sayang Ibu berusaha mencegah keterlambatan pertama dan kedua, sedang kegiatan yang terkait dengan Rumah Sakit Sayang Ibu adalah mencegah keterlambatan ketiga. Menanggapi masalah tersebut tim penggerak PKK Propinsi Lampung mengambil langkah dengan membentuk Pondok Sayang Ibu yang merupakan tempat penampungan sementara bagi ibu hamil yang beresiko tinggi atau ibu hamil lainnya yang membutuhkan pertolongan dalam menghadapi persalinannya (TP.PKK Propinsi Lampung, 1997)
Di Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus merupakan daerah terpencil dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. Di wilayah kerja Puskesmas Putih Doh terdapat 3 desa yang memiliki PSI dan salah satunya adalah Desa ................ Dibanding dengan 2 desa lainnya yaitu : Desa Way Rilau dan Desa Tanjung Jati, Desa ............... merupakan desa yang sasaran ibu hamilnya lebih besar dengan perbandingan Desa ............... 43 orang, Desa Way Rilau 27 orang dan Desa Tanjung Jati 8 orang. Sedangkan perbandingan cakupan K1 (Kunjungan pertama ibu hamil) dari bulan Januari sampai bulan Agustus 2003 yaitu : Desa ............... 22 orang, Desa Way Rilau 15 orang dan Desa Tanjung Jati 5 orang. Adapun cakupan pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Desa ............... lainnya yaitu : K IV ada 15 orang, deteksi ibu hamil dengan resiko tinggi ada 3 orang, neonatus 20 orang dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan ada 20 orang. (Data Puskesmas Putih Doh tahun, 2003)
Menurut data pra survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 3 November 2003, bahwa di Desa ............... selama tahun 2003 ini ada kematian ibu berjumlah 1 orang yang disebabkan karena perdarahan pada saat persalinan. Dan dari 8 standar kegiatan Pondok Sayang Ibu (PSI) yaitu: 1) membuat daftar seluruh ibu hamil yang ada di desa wilayah PSI, 2) menentukan status ibu hamil apakah kehamilannya beresiko tinggi, 3) membuat hari perkiraan ibu hamil, 4) menampung ibu hamil sementara sebelum dirujuk ke Rumah Sakit (RS), 5) melaksanakan piket kader PSI, 6) membuat daftar piket ambulan desa, 7) membuat daftar pendonor darah, dan 8) pembinaan / pertemuan ibu hamil. Yang dilakukan PSI di Desa ............... hanya 3 kegiatan atau 37,5 % yaitu : 1) menentukan status ibu hamil apakah kehamilannya beresiko tinggi, 2) membuat hari perkiraan ibu hamil, dan 3) membuat daftar piket ambulan desa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik memilih judul penelitian yaitu Tinjauan Pengelolaan Pondok Sayang Ibu (PSI) di Desa ............... Wilayah kerja Puskesmas ................

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana Pelaksanaan kegiatan Pondok Sayang Ibu (PSI) di Desa ............... Wilayah Kerja Puskesmas ............... ?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penulisan ini yang menjadi ruang lingkup dari penelitian tinjauan pengelolaan Pondok Sayang Ibu (PSI) adalah sebagai berikut :
1. Subjek penelitian : Pondok Sayang Ibu
2. Objek penelitian : Pelaksanaan kegiatan Pondok Sayang Ibu
3. Variabel penelitian : Pondok Sayang Ibu
4. Populasi : PSI di Desa ............... Wilayah kerja Puskesmas ...............
5. Lokasi Penelitian : Pondok Sayang Ibu (PSI) di Desa ............... Wilayah kerja Puskesmas ...............
6. Waktu penelitian : Dilakukan pada bulan Desember 2003 – Maret 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Pondok Sayang Ibu (PSI) di Desa ............... Wilayah kerja Puskesmas ................

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Kegiatan yang dilakukan PSI di Desa ...............
b. Tenaga pelaksana PSI di Desa ...............
c. Peralatan yang ada di PSI di Desa ...............
d. Pendanaan PSI di Desa ...............
e. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di PSI di Desa ...............




E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pengelola PSI
Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan di PSI bagi masyarakat di Desa ...............
2. Manfaat bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan sebagai upaya dalam pembinaan dan pengelolaan PSI.
3. Manfaat bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang penelitian PSI

Delete this element to display blogger navbar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls